Senin, 20 April 2015

Syair Terakhir Sahabat yang Syahid di Kayu Salib, Khubaib bin Adi ra

Tidak ada komentar:
Khubaib bin Adi adalah salah satu sahabat Rasulullah saw yang cukup dikenal di Madinah. Sebelum masuk Islam, ia sering berkunjung ke Rasulullah saw sejak hijrah, tidak lama kemudian Khubaib bin Adi beriman kepada Allah.

Sahabat Anshar ini berjiwa bersih, bersifat terbuka, beriman teguh dan berhati mulia. Hassan bin Tsabit, penyair terkemuka Islam memujinya dengan sebuah syair:
“Seorang pahlawan yang kedudukannya sebagai teras orang-orang Anshar. Seorang yang lapang dada namun tegas dan keras tak dapat ditawar-tawar”.
Pembunuh Pemimpin Quraisy
Saat perang Badar awal mula pertempuran dalam Islam, Khubaib bin Adi berhasil membunuh salah satu pimpinan bangsa Quraisy, Harits bin Amir bin Naufal tokoh kafir Mekah itu tewas di ujung pedangnya. Bani Harits yang mengetahui pimpinan mereka terbunuh, memendam dendam dan kebencian kepada Khubaib bin Adi.
Tertangkap saat Bertugas Mengintai
Untuk memperkuat pertahanan muslimin di Madinah, Rasulullah saw sering mengutus beberapa tentara Islam melakukan pengintaian terhadap pasukan musuh, salah satunya ketika Rasulullah saw menyelidiki gerakan orang Quraisy. Nabi saw memilih sepuluh orang dari shahabatnya, termasuk Khubaib bin Adi.
Ketika pasukan penyelidik yang dipimpin oleh Ashim bin Tsabit sampai di tempat antara Osfan dan Mekah, gerakan mereka tercium oleh penduduk kampung Hudzail yang didiami suku Bani Haiyan, mereka kemudian mengikuti pasukan Islam dari belakang dengan mengirim seratus orang pemanah mahir.
Di suatu bukit, tentara Islam diserang, tujuh sahabat syahid dan tiga orang lainnya termasuk Khubaib bin Adi dibawa ke Mekah. Kabar ditangkapnya Khubaib bin Adi tersiar ke telinga masyarakat kafir Mekah. Lebih-lebih dari keluarga Bani Harits yang tewas di perang Badar, mereka tersulut dendam kebencian. Bani Harits segera membeli Khubaib bin Adi sebagai budak.
Namun, para pemuka Quraisy juga berkeinginan melampiaskan amarah karena salah satu pemimpin mereka terbunuh oleh Khubaib, akhirnya mereka berunding dan memilih siksa yang akan ditimpakan kepada Khubaib untuk memuaskan dendam kemarahan, sebagaimana tindakan kejam terhadap teman Khubaib, Zaid bin Ditsinnah, para kafir itu begitu sadis menusukkan tombak dari dubur hingga tembus ke bagian atas badan Zaid bin Ditsinnah.
Orang-orang musyrik menyampaikan berita kepada Khubaib tentang kematian dan penderitaan yang dialami sahabat Zaid bin Ditsinnah, tapi rencana mereka menakuti Khubaib bin Adi tidak berhasil.
Karena putus asa menggoyah keimanan, Khubaib bin Adi dibawa ke Tan’im, sebelum orang-orang kafir melaksanakan penyiksaan Khubaib bin Adi minta izin kepada mereka untuk salat dua rakaat.
Orang-orang kafir yang kejam dan biadab membuat salib dari pelepah kurma, ketika Khubaib bin Adi diikat kuat dan diangkat ke atas, para pemanah bergantian melepaskan panah-panah mereka. Pembunuhan dan kekejaman di luar batas ini sama sekali tidak meruntuhkan sedikitpun keimanan dan ketauhidan di hati sahabat mulia ini.
Di antara panah dan pedang menyayat badannya, Khubaib bin Adi melantunkan syair yang mnakjubkan;

Mati bagiku tak menjadi masalah
Asalkan ada dalam rida dan rahmat Allah
Dengan jalan apapun kematian itu terjadi
Asalkan kerinduan kepada-Nya terpenuhi
Kuberserah menyerah kepada-Nya
Sesuai dengan taqdir dan kehendak-Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
back to top