Sahabat Anshar ini berjiwa bersih,
bersifat terbuka, beriman teguh dan berhati mulia. Hassan bin Tsabit,
penyair terkemuka Islam memujinya dengan sebuah syair:
“Seorang pahlawan yang kedudukannya
sebagai teras orang-orang Anshar. Seorang yang lapang dada namun tegas
dan keras tak dapat ditawar-tawar”.
Pembunuh Pemimpin Quraisy
Saat perang Badar awal mula pertempuran
dalam Islam, Khubaib bin Adi berhasil membunuh salah satu pimpinan
bangsa Quraisy, Harits bin Amir bin Naufal tokoh kafir Mekah itu tewas
di ujung pedangnya. Bani Harits yang mengetahui pimpinan mereka
terbunuh, memendam dendam dan kebencian kepada Khubaib bin Adi.
Tertangkap saat Bertugas Mengintai
Untuk memperkuat pertahanan muslimin di
Madinah, Rasulullah saw sering mengutus beberapa tentara Islam melakukan
pengintaian terhadap pasukan musuh, salah satunya ketika Rasulullah saw
menyelidiki gerakan orang Quraisy. Nabi saw memilih sepuluh orang dari
shahabatnya, termasuk Khubaib bin Adi.
Ketika pasukan penyelidik yang dipimpin
oleh Ashim bin Tsabit sampai di tempat antara Osfan dan Mekah, gerakan
mereka tercium oleh penduduk kampung Hudzail yang didiami suku Bani
Haiyan, mereka kemudian mengikuti pasukan Islam dari belakang dengan
mengirim seratus orang pemanah mahir.
Di suatu bukit, tentara Islam diserang,
tujuh sahabat syahid dan tiga orang lainnya termasuk Khubaib bin Adi
dibawa ke Mekah. Kabar ditangkapnya Khubaib bin Adi tersiar ke telinga
masyarakat kafir Mekah. Lebih-lebih dari keluarga Bani Harits yang tewas
di perang Badar, mereka tersulut dendam kebencian. Bani Harits segera
membeli Khubaib bin Adi sebagai budak.
Namun, para pemuka Quraisy juga
berkeinginan melampiaskan amarah karena salah satu pemimpin mereka
terbunuh oleh Khubaib, akhirnya mereka berunding dan memilih siksa yang
akan ditimpakan kepada Khubaib untuk memuaskan dendam kemarahan,
sebagaimana tindakan kejam terhadap teman Khubaib, Zaid bin Ditsinnah,
para kafir itu begitu sadis menusukkan tombak dari dubur hingga tembus
ke bagian atas badan Zaid bin Ditsinnah.
Orang-orang musyrik menyampaikan berita
kepada Khubaib tentang kematian dan penderitaan yang dialami sahabat
Zaid bin Ditsinnah, tapi rencana mereka menakuti Khubaib bin Adi tidak
berhasil.
Karena putus asa menggoyah keimanan,
Khubaib bin Adi dibawa ke Tan’im, sebelum orang-orang kafir melaksanakan
penyiksaan Khubaib bin Adi minta izin kepada mereka untuk salat dua
rakaat.
Orang-orang kafir yang kejam dan biadab
membuat salib dari pelepah kurma, ketika Khubaib bin Adi diikat kuat dan
diangkat ke atas, para pemanah bergantian melepaskan panah-panah
mereka. Pembunuhan dan kekejaman di luar batas ini sama sekali tidak
meruntuhkan sedikitpun keimanan dan ketauhidan di hati sahabat mulia
ini.
Di antara panah dan pedang menyayat badannya, Khubaib bin Adi melantunkan syair yang mnakjubkan;Mati bagiku tak menjadi masalah
Asalkan ada dalam rida dan rahmat Allah
Dengan jalan apapun kematian itu terjadi
Asalkan kerinduan kepada-Nya terpenuhi
Kuberserah menyerah kepada-Nya
Sesuai dengan taqdir dan kehendak-Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar